|
×
|
|
JADWAL MISA
Harian
Senin - Sabtu : 05.45
Mingguan
Sabtu : 17.00
Minggu : 06.30, 08.30, 10.30, 17.00
Jumat Pertama : 18.00
ALAMAT
Gereja Katolik Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria
Jl. Suryalaya No. 3 Bandung 40265
Telepon: 022-7303922, 022-7323297
WhatsApp : 0877-7797-9537
E-mail: parokihtbspm@gmail.com
Website: www.parokihtbspm.org
Instagram: @parokihtbspm
YouTube: HTBSPM
SEKRETARIAT
Sekretaris Paroki :
Yosafat Mario Surya A.P.P
WhatsApp : 0877-7797-9537
Sekretariat buka pagi pk. 08.00 - 12.00
dan sore pk. 17.00 - 19.00
Khusus hari Rabu sekretariat tutup.
REKENING BANK
OCBC NISP No. 6138 1003 8380
a/n PGAK HTBSPM
BCA No. 777 133 3838
a/n Keuskupan Bandung (PGAK HTBSPM)
Tanggal 19 Februari 1962, Bapa Uskup Bandung Mgr. Pierre Marin Arntz, OSC mendirikan Yayasan Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria,
dengan Pastor Antonius Kooyman, OSC sebagai ketua yayasannya. Awalnya, yayasan itu didirikan untuk mendapatkan status hukum
atas tanah di daerah Buahbatu yang telah dibeli oleh Keuskupan Bandung pada waktu itu. Belum ada rencana untuk
mendirikan gereja saat itu, hanya terpikir seandainya Kota Bandung meluas ke arah selatan, maka ada kemungkinan perlu dibangun
sebuah gereja di wilayah selatan Kota Bandung. Sampai dengan wafatnya Pastor A Kooyman, OSC pada tahun 1972, rencana pendirian
gereja tidak pernah dibicarakan. Sebagai pengganti Pastor A Kooyman, OSC, ditunjuklah Pastor Frans Lubbers, OSC sebagai Ketua
Pengurus Yayasan Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria.
Seiring dengan perkembangan umat dan wilayah Kota Bandung ke arah selatan, kegiatan yang saat itu dimulai adalah dengan mengadakan Misa Kudus untuk pertama kalinya di Jl. Galunggung pada tanggal 15 November 1972. Misa ini dipersembahkan oleh Pastor A. Djoko Setyarmo, OSC sebagai sebagai pastor pembina umat paroki di Bandung Tenggara. Kegiatan ini berlangsung terus sampai beberapa kali sebelum dipindahkan ke dua tempat lain, yaitu di SLTP Slamet Riyadi di Jl. Kebon Kangkung dan di ruang makan Frateran Seminari Bogor Jl. Suryalaya. Karena misa kudus itu disambut dengan antusias oleh umat, maka pada tanggal 16 Januari 1976 beberapa tokoh umat berkumpul di Pastoran Salib Suci Kamuning untuk membicarakan rencana pembangunan gedung gereja. Sejak saat itu dimulailah registrasi dan pendataan keluarga Katolik di wilayah Bandung Selatan.
Pada tanggal 1 Juni 1976, Mgr. P.M Arntz, OSC menerbitkan surat tugas kepada panitia persiapan pendirian paroki baru di Bandung Tenggara dan menunjuk Pastor F.X Soekarno, OSC sebagai pembina panitianya dan Kolonel Anumerta J.B Oentoeng sebagai ketuanya. Dan pada tanggal 1 April 1078 ditetapkanlah Pastor Frans Lubbers, OSC sebagai Pastor Pembina yang baru. Hanya melalui beberapa kali rapat, panitia kemudian mengajukan Surat Permohonan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) kepada Walikota Bandung yang diketahui oleh Camat setempat dan diserahkan kepada Walikota melalui Patih.
Setelah menjalani proses berliku yang panjang dan menempuh berbagai kesulitan selama beberapa tahun, akhirnya IMB Gereja Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria dikeluarkan oleh Walikota Bandung H. Husen Wangsaatmaja dengan No. 10413/82 tanggal 19 Agustus 1982.
Tanggal 10 Oktober 1982, pembangunan gedung Gereja HTBSPM dimulai dengan target waktu 9 bulan, dengan perencana Ir. Adjie Harsadi. Pada bulan April 1983, pembangunan Gedung Aula selesai dan dapat digunakan untuk Misa Kudus. Dalam masa proses pembangunan gereja ini, pada tanggal 5 Juni 1983, Magister General OSC, Mgr. Lambert Craus, OSC dari Roma berkenan mempersembahkan Misa Kudus di Gereja HTBSPM. Pembangunan Gedung Gereja HTBSPM dinyatakan selesai pada tanggal 10 September 1983, dan diserahterimakan dari pihak perencana dan pelaksana kepada Pastor Frans Lubbers, OSC.
Tanggal
Pada tanggal 11 Desember 1984, Bapa Uskup Mgr. Alexander Djajasiswaja mempersembahkan Misa Kudus pada Hari Ulang Tahun Pertama Gereja HTBSPM.
Keberadaan suatu gereja tidak dapat lepas dari loncengnya. Pada saat diresmikan, Gereja HTBSPM belum mempunyai lonceng. Setelah melalui proses pencarian hingga ke Jawa Tengah dengan segala liku-likunya, akhirnya lonceng yang dipasang hingga saat ini adalah lonceng yang didapat dari Stasi Cibunut, Paroki Cigugur Kuningan. Lonceng antik ini ternyata berasal dari Belanda, dibawa ke Indonesia oleh Pastor Frans Lubbers, OSC.
Di dalam Gereja HTBSPM terdapat salib dengan bentuk Corpus yang cukup unik. Dibuat oleh Jim Supangkat, seorang seniman pematung alumni Seni Rupa ITB, kritikus seni, dan kurator terkemuka di Indonesia, salib ini sudah ada sebelumnya sejak tahun 1975, bahkan pernah dipamerkan dalam berbagai pameran seni di Bandung dan Jakarta. Keunikannya adalah dibuat dari dua pipa ledeng dan besi tulangan beton yang dirangkai dengan teknik pengelasan. Sang pematung menggambarkan tubuh Yesus yang menciut dan membengkung dengan pundak yang menekan leher dan tangan merentang seperti sebuah sayap. Secara ragawi, gerak meronta ini seperti burung yang sedang berusaha lepas dari cengkeraman dan terbang, namun di saat yang sama raga ini juga mengerahkan tenaganya untuk tidak lepas dan tidak mau terbang. Sungguh sebuah paradoks yang sangat mendalam.
Kenapa di halaman gereja ditanam pohon beringin ? Selain secara nyata bermanfaat sebagai penyejuk dan tempat berteduh dari panas, makna yang terkandung adalah : seperti pohon beringin yang kokoh dan rindang, semoga gereja HTBSPM sungguh menjadi pelindung dan pengayom bagi umatnya. Akarnya berserabut menyebar jauh ke sekeliling pohon, mengakar pada tanah dengan kuat, demikian juga diharapkan semoga Gereja HTBSPM juga mampu menempatkan dirinya hingga mengakar pada seluruh umat.
Pagi hari tanggal 11 Desember 1983 adalah saat dilangsungkannya peresmian Gereja HTBSPM. Sebelum Perayaan Ekaristi, dimulailah upacara pemberkatan gereja oleh Uskup Bandung Mgr. P.M Arntz, OSC. dengan rangkaian upacara bernuansa adat Sunda. Diiringi degung, didahului Paman Lengser, prosesi Uskup Bandung beserta Pastor Paroki dan para wakil umat berjalan menuju pintu utama gereja. Setelah doa pemberkatan, Bapa Uskup berkeliling memerciki dinding-dinding gereja, dilanjutkan dengan pendupaan gereja, Doa Litani Para Kudus, dan upacara sawer. Sesudah itu Bapa Uskup beserta seluruh peserta prosesi menuju tempat penanaman pohon beringin didahului para penari. Para peserta prosesi membentuk formasi melingkar. Rampak Sekar melantunkan sekar dan gemuruh degung dan jeritan seruling pun mengiringi penanaman pohon beringin setelah Bapa Uskup mengucapkan doa dan memberkati : "Semoga Allah Yang Maha Kuat dan Maha Setia memberi keteduhan dan perlindungan kepada kita". Bapa Uskup dan seluruh peserta prosesi kemudian menuju pintu gereja. Pintu utama pun dibuka, dan semua memasuki gereja untuk mengikuti Perayaan Ekaristi.
Begitulah gambaran penanaman pohon beringin di halaman Gereja HTBSPM pada waktu itu. Ditanam dan diberkati secara khusus oleh Mgr. Arntz pada acara peresmian Gereja HTBSPM, pohon beringin itu bukan tumbuh dengan sendirinya, dan bukan ditanam dengan tanpa makna. Kehadiran pohon beringin ini tidak dapat dilepaskan dari kehadiran gedung Gereja HTBSPM.
Sumber :
F.X Widaryanto. 2008. Buku 25 tahun Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria. Bandung: Panitia 25th Paroki HTBSPM.